- Obrolan di Palembang
- Obrolan di Lubuklinggau
- Obrolan di Prabumulih
- Obrolan di Pagar Alam
- Obrolan di Semua
Sumatra Selatan adalah provinsi Indonesia. Terletak di sebelah tenggara pulau Sumatra, provinsi ini membentang 91.592,43 km2 dan memiliki populasi 7.450.394 pada Sensus 2010. Perkiraan resmi terbaru adalah 10.675.862. Ibukotanya adalah Palembang. Provinsi ini berbatasan dengan Jambi di utara, Bengkulu di barat dan Lampung di selatan. Selat Bangka di timur memisahkan Sumatera Selatan dan pulau Bangka, yang merupakan bagian dari provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. Provinsi ini sangat beragam, karena dihuni oleh banyak kelompok etnis yang berbeda. Orang Melayu adalah kelompok etnis dominan di provinsi ini. Sebagian besar dari mereka berbicara bahasa Melayu Palembang, yang tidak dapat dipahami oleh orang Indonesia maupun Melayu Standar.
Kelompok etnis lain juga mendiami provinsi ini, seperti orang Jawa, Sunda, Minangkabau, dan Cina. Sebagian besar dari mereka terkonsentrasi di sekitar daerah perkotaan, karena mereka kebanyakan adalah pendatang dari bagian lain Indonesia. Provinsi ini dulunya adalah pusat dari banyak kerajaan dan kerajaan besar. Dari abad ke-7 hingga akhir abad ke-14, provinsi ini menjadi pusat Kerajaan Budha Sriwijaya, yang memengaruhi sebagian besar Asia Tenggara. Sriwijaya adalah pusat penting untuk perluasan agama Buddha dari abad ke-8 hingga ke-12. Sriwijaya adalah kerajaan bersatu pertama yang mendominasi sebagian besar kepulauan Indonesia. Karena posisi geografisnya, ibukota Sriwijaya, Palembang, menjadi salah satu pelabuhan paling berkembang di wilayah tersebut. Kota ini sering dikunjungi oleh banyak pedagang dari Timur Tengah, India dan Cina. Pada puncak kekuasaannya, wilayah Kekaisaran Sriwijaya mencapai Thailand, Kamboja, dan Malaysia modern.
Setelah Sriwijaya runtuh pada abad ke-14, kerajaan-kerajaan kecil mulai membangun dirinya di provinsi tersebut. Dimulai pada abad ke-16, Islam mulai menyebar di wilayah tersebut, secara efektif menggantikan Hindu dan Budha sebagai agama dominan di wilayah tersebut. Pada abad ke-17, Kesultanan Palembang Islam didirikan dengan Palembang sebagai ibukotanya. Namun pada saat itu, orang Eropa mulai berdatangan di wilayah itu, pertama Portugis dan kemudian Belanda. Belanda menjadi kekuatan dominan di wilayah tersebut. Melalui Dutch East India Company, Belanda memberikan pengaruh pada Kesultanan Palembang.
Pada 1811, selama Perang Napoleon, Sultan Palembang terakhir, Sultan Mahmud Badaruddin II menyerang Belanda di Palembang, tetapi ia menolak bekerja sama dengan Inggris, sehingga Thomas Stamford Raffles mengirim pasukan untuk menyerang Palembang dan Sultan Mahmud Badaruddin II terpaksa melarikan diri dari istana kerajaan, kemudian Raffles mengangkat Sultan Ahmad Najamuddin II, saudara laki-laki Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai raja. Pada tahun 1813 Sultan Mahmud Badaruddin II kembali mengambil alih kerajaan, tetapi satu bulan kemudian ia dijatuhkan lagi oleh Raffles dan diangkat kembali Sultan Ahmad Najamuddin II, menyebabkan perpecahan di kesultanan Palembang. Setelah Belanda kembali ke wilayah itu, Belanda menyerang dan mencaplok kesultanan ke Hindia Belanda, dan mengasingkan sultan dan keluarganya ke Ternate. Belanda menguasai wilayah itu untuk abad berikutnya, tetapi selama Perang Dunia II, Jepang menyerang Palembang dan mengusir Belanda. Jepang menduduki wilayah itu sampai Agustus 1945, ketika mereka menyerah kepada pasukan Sekutu. Belanda berusaha untuk kembali ke wilayah itu, tetapi ini ditentang oleh Republik Indonesia yang baru saja dideklarasikan, yang mengakibatkan perang kemerdekaan. Pada akhirnya, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan menarik diri dari wilayah itu pada 1950.
Provinsi Sumatra Selatan dibentuk pada 12 September 1950.